Sabtu, 05 Juli 2014

Puasa untuk Melahirkan Rasa Kehambaan

Jika kita memasuki bulan Ramadlan, berarti kita memasuki bulan yang paling mulia, hati kita akan merasakan bahwa bulan ini berbeda daripada bulan yang lainnya. Seharusnya tiga atau empat hari sebelum datang bulan Ramadlan ini hati sudah merasa bimbang, cemas dan takut. Apakah kita sudah siap menghadapinya? Itu baru di awal Ramadlan, belum memasukinya.
Perasaan itu kalau dihayati dapat mendidik hati kita dalam menjalankan ibadah puasa. Sebab itulah ketika membaca Al-Quran yang penting adalah kita paham makna Al-Quran, bukan saja membacanya semata-mata hanya untuk khatam Quran. Yang penting ketika membaca Al-Quran kita merasa bersama Allah, kita merasa adanya ingatan dari Allah, ada kabar gembira, ada kabar menakutkan, ada cerita orang-orang soleh dan sebagainya.
Apa yang kita harapkan dari keseluruhan amalan selama bulan Ramadlan adalah untuk mendidik hati. Kalau di bulan Ramadlan tidak dapat mengubah sikap dan peribadi seseorang, apakah kita dapat menjamin bahwa di bulan-bulan yang lain kita dapat memperbaiki diri? Selama bulan Ramadlan dengan rahmat dan kasih sayang Allah, banyak dosa-dosa yang diampunkan.
Kalau puasa hanya sebatas tidak makan dan tidak minum, maka tidak dapat menghilangkan mazmumah. Untuk menjaga hati supaya tidak terputus dengan Allah yang penting segala-galanya haruslah berdasarkan tauhid dan rasa bertuhan.
Jika rasa bertuhan kuat, maka akan membuahkan rasa kehambaan. Orang yang sudah berasaskan rasa bertuhan yang kuat, jika memasuki bulan Ramadlan akan mudah menghayatinya. Puasa adalah untuk melahirkan rasa kehambaan. Kalau puasa tidak dapat melahirkan rasa kehambaan sama seperti pohon yang tidak berbuah. Maka apa artinya puasa jika tidak membuahkan hasil?

1 komentar:

  1. Makasih diingatkan mak. Sudah lama puasa Senin Kamis terputus nih.

    BalasHapus