Minggu, 31 Mei 2015

Disiplin Membuat Hidup Lebih Sehat

Menjaga kesehatan bagi anggota TNI seperti suamiku mutlak perlu. Olahraga dan menjaga pola makan sudah dilakukannya sejak remaja, dan semakin disiplin setelah menjadi anggota TNI. Sebagai istri, mau tidak mau aku harus patuh pada pola makan dan disiplin hidupnya.
Dimulai dengan bangun jam 3 pagi, lewat jam segitu maka ‘huru-hara’ yang terjadi, karena kami terbiasa salat malam dan suamiku siap-siap berangkat dinas jam 4 pagi. Syukurnya kami hampir tidak pernah bangun terlambat, alarm selalu on walaupun pada kenyataannya kami lebih dulu bangun daripada lengkingan alarmnya. Banyak aktifitas yang bisa kita lakukan di pagi seperti itu, kita tidak terburu-buru dalam menyiapkan rutinitas. Hal itu mau tidak mau membawa pengaruh pada pikiran hingga jadi tenang, ketenangan membuat kita fokus dan akhirnya kita bisa menyambut pagi dengan senyum semangat.
Sebelum mulai salat malam, kami terbiasa minum air putih yang tidak hangat namun tidak pula dingin, alias bersuhu ruang. Dan sebelum berangkat, suamiku mampu menghabiskan segelas besar (350 ml)  jus tanpa gula. Buahnya sederhana dan murah, seperti apel, pepaya, tomat, alpuket atau pir.  Setiap hari ganti-gantian saja di antara kelimanya, kalau sedang beruntung maka bisa ditambah strawberry, jeruk atau semangka. Minum jus lumayan mengganjal  perutnya hingga ada energi untuk beraktifitas. Sedangkan perutku masih harus adaptasi minum jus di pagi buta seperti itu.
Tiba di kantor, suamiku akan berenang atau lari terlebih dulu. Salah satu dari kedua olahraga itu rutin dilakukannya. Setelah itu dia baru sarapan yang berat seperti nasi, sayur dan lauk-pauknya. Sebagai catatan suamiku tidak terbiasa makan nasi dengan lauk protein hewani seperti ayam, daging, telur atau ikan, dia lebih milih makan nasi dengan protein nabati seperti tempe atau tahu. Sayuran hijau wajib karena membuatnya jadi berselera menyantap makanan. Kalau sedang ingin makan ayam, ikan atau telur maka dia akan memakannya bareng sayur seperti pecel, cah kangkung atau reuceuh sayur. Kebetulan pula suamiku tidak suka daging sapi. Sedangkan aku sendiri biasanya bersepeda sambil ke tukang sayur ataupun jalan-jalan ringan sambil mendorong kereta bayi si kecil dengan tujuan ke tukang sayur. Aktifitas rumah seperti beres-beres rumah, masak dan menyiapkan anak sekolah aku rasa sudah cukup bisa membakar kaloriku.
Di usia 30-an ada yang mengganggu suamiku, yaitu perutnya yang mulai membucit. Kami heran karena disiplinnya pada olahraga dan pola makan sudah luar biasa ketat, menurutku karena aku sendiri masih terbilang ngawur, alias apa saja bisa mampir perut asalkan halal dan rasanya enak, olahragapun aku belum disiplin.
sedang dinas maupun di rumah tetap disiplin olahraga

Mendapati kenyataan pahit seperti itu, suamiku jadi merombak lagi pola makan dan olahraganya. Sekarang bukan hanya dia sendiri yang mengontrol, namun aku juga diajak berperan serta. Salah satu caranya adalah say good bye to goreng-gorengan. Tahu dan tempe sekarang lebih sering kubacem tanpa digoreng, hal ini selain bikin sehat di badan, juga sehat di kantong.

Suamiku juga menambah porsi olahraganya hingga minimal 4 kali seminggu. Hasilnya sudah bisa terlihat hanya dalam waktu sebulan saja. Perutnya sudah rata lagi seperti dulu, lebih sehat dan segar. 
Tulisan ini diikutkan pada lomba blog Nutrifood, #Health Agent Nutrifood

7 komentar:

  1. Bener banget mak gorengan tuh bahaya, apalagi kalau belinya dipinggir jalan. Liat aja minyaknya pasti sudah keruh warnanya, pastinya mengandung lemak jahat yang bikin kolesterol tinggi...mulai hidup sehat dengan memerangi hawa nafsu mungkin itu kuncinya...TFS ya mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kalo makan gorengan yang minyaknya udah item mah syerem Mak hihihi, secara makan gorengan bikinan sendiri aja udah bikin ndut. Tul Mak, kuncinya memerangi hawa nafsu kuncinya.

      Hapus
  2. Cocok nih bwt suami aku nih..
    Tengkiu tipsnya ya mak :)

    BalasHapus
  3. bener mbak dengan displin hidup akan lebih sehat,,wah mbak beruntung sekali ya punya suami yang disiplin dalam segala hal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, orang kurang disiplin kayak saya emang butuh pendamping disiplin Mak, hehehe

      Hapus
  4. Wah, perutku dan suami sama-sama gedhe. Hehehe. Kurang disiplin

    BalasHapus