Sabtu, 21 April 2018

Manajemen Waktu dan Buah Tangan Sebagai Bukti Cinta

Untuk menjaga kualitas hubungan dengan anak-anak, komunitas dan lingkungan sosial supaya seimbang kita harus bisa mengatur waktu dengan baik. Tapi kadangkala kita melanggar jadwal yang sudah tercatat dengan rapi disebabkan sesuatu di luar dugaan, misalnya karena macet, akibatnya pulangnya molor tidak seperti biasanya, efeknya anak ngambek. Nah, biar ngambeknya gak pake lama, salah satu solusinya adalah bawa oleh-oleh atau buah tangan, biasanya sih berupa jajanan, tapi harus lihat-lihat dulu jajanan yang mau dibeli seperti apa.

Dulu awal-awal  punya anak dalam kondisi saya yang masih kuliah dan LDR-an dengan suami, saya nyaris putus asa membagi waktu antara bayi yang masih ASI dengan tugas-tugas kuliah yang menumpuk. Belum lagi jarak antara rumah dan kampus jauh, hingga mengharuskan saya berangkat sebelum matahari muncul dan tiba di rumah kala matahari hampir tenggelam. Beruntung saya punya orang tua yang sabar, yang mau mengasuh bayi saya sampai ibu harus menghentikan sementara usaha cateringnya sampai saya wisuda. Namun saya sendiri merasa lelah, saya merasa bersalah pada kedua orang tua yang ikutan rempong mengasuh anak saya, saya juga merasa bersalah pada anak saya yang pernah terpaksa minum susu formula gara-gara stok ASIP-nya habis. Selain itu rasanya
hidup saya antara kuliah, kehidupan pribadi dan sosial tidak seimbang gara-gara fokus saya hampir tersedot seluruhnya hanya di satu hal saja.
Akhirnya saya introspeksi, mungkin saya terlalu fokus kuliah hingga mengabaikan keluarga, apa yang akan saya dapatkan dengan kuliah seberat itu? Bukan, bukan berhenti kuliah solusi yang tepat, saya sudah berada di tiga perempat jalan, tidak mungkin saya berhenti. Saya harus tetap jalan namun harus banyak yang dirombak dan diperbaiki agar semuanya bisa seimbang.
* Hal pertama yang saya lakukan adalah merencanakan jadwal. Setelah semester yang berat saya lewati, semester berikutnya saya mengambil mata kuliah sesuai dengan penawaran, tidak ngoyo seperti sebelumnya.
Biasanya saya mengambil banyak SKS supaya kuliah cepat selesai atau memperbaiki nilai-nilai yang C. Tapi demi keseimbangan hidup, maka saya berusaha memperbaikinya dengan mengambil SKS sesuai porsi. Alhasil saya hanya kuliah 3 hari saja, itupun siangnya sudah sampai di rumah hingga saya lebih banyak waktu untuk anak dan meringankan beban orang tua. Kadang saya masih bisa silaturahim ke rumah-rumah tetangga.
Oh iya meskipun jadwal kuliah sudah berkurang, namun jadwal hidup tetap harus ditulis dan ditaati. Jadwal yang sudah disusun tidak boleh dilanggar, kalau tidak manajemen waktunya jadi berantakan.
* Hal kedua yang tak kalah penting adalah fokus di mana saya berada, kalau sedang di kampus ya saya adalah mahasiswa, jangan sampai tiba-tiba baper gara-gara sadar diri kalau saya adalah seorang mahmud dari bayi lucu yang menggemaskan dan ngangenin. Sebaliknya, kala di rumah juga harus benar-benar fokus sebagai ibu rumah tangga dan mommy dari bayi yang masih perlu ASI dan perhatian penuh. Sampai-sampai
tugas kuliah lebih sering saya kerjakan di kampus kala menunggu dosen tiba atau sedang jeda. Pokoknya harus pintar curi-curi waktu kalau ada tugas yang tidak masuk dalam manajemen waktu.
* Hal yang lainnya adalah kadang saya mau tak mau harus minta tolong sama teman kalau ada sesuatu yang sulit saya kerjakan misalnya mencari buku di perpustakaan, membeli buku atau fotokopi buku maupun modul kuliah. Seringkali saya harus mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan itu kecuali ngetik. Di saat kebanyakan teman saya mencari seseorang untuk mengetikkan makalah atau skripsinya, saya malah sebaliknya.
Kadang-kadang malah terima ketikan sebagai imbalan pekerjaan yang tidak bisa saya kerjakan. Entahlah, mengetik seperti sebuah hiburan untuk saya, padahal menggunakan mesin tik merk Brother, bukan komputer boro-boro laptop seperti sekarang. Yah, mungkin me time saya selain membaca adalah ngetik.
* Hal lain yang saya perbaiki adalah bekerja lebih efisien. Sebisa mungkin saya harus bisa merampungkan semua tugas sesegera mungkin setelah tugas itu diberikan. Misalnya kala mendapat tugas kuliah, kala sang dosen baru meninggalkan kelas saya sudah mulai mengerjakannya, minimal sudah orat-oret apa yang akan saya kerjakan, baru setelah itu mencari kira-kira saya bakal mendapatkan rujukan dari mana saja. Dulu
belum ada Google jadi tidak bisa gugling asik seperti sekarang. Di rumah tak kalah disiplinnya, misalnya baju kotor langsung dicuci walaupun baru sepotong, maklum belum punya mesin cuci.
* Hal lain meskipun kesannya kurang penting yaitu memanfaatkan hari libur. Kalau sedang tidak ada jadwal kuliah, sudah tentu saya seharian bersama anak, kadang-kadang juga ibu bapak. Nah, di situ kadang saya melipir sejenak untuk rehat dari rutinitas harian. Saya bisa baca buku sepuasnya, masak-masak, main dengan anak atau bahkan memainkan nintendo punya adik saya bersama anak. Sepertinya buang waktu ya, tapi percaya deh, kita seperti mendapat atmosfir baru kalau sudah selesai melakukan sesuatu di luar rutinitas harian kita. Seolah kita baru dicharge batere hingga ada semangat untuk melakukan rutinitas lagi.
* Hal lainnya adalah pendekatan dengan orang-orang di sekitar saya saat itu, misalnya dosen. Ada dosen yang meragukan saya tatkala beliau tahu saya sedang hamil, bahkan pernah mengecap saya tidak bakal selesai kuliah karena saya akan sibuk dengan keluarga. Kata-kata pedasnya itu justru pecutan buat saya hingga saya malah berbaik-baik dengan beliau juga dengan dosen-dosen yang lain. Saya banyak konsultasi soal mata kuliah dan tugas-tugas hingga saya tak asing di mata beliau-beliau.
Saya juga pendekatan pada ibu bapak, yah meskipun orang tua sendiri tapi beliaukan lelah juga kalau harus mengasuh cucunya. Hadiah-hadiah kecil seperti dibelikan nasi Padang atau bakso sudah cukup menghibur, apalagi kalau dibawakan “Julie’s Peanut Butter Sandwich” pasti girang sekali, sayangnya waktu itu belum ada, soalnya masuk ke Indonesia baru tahun 2009 meskipun biskuit ini sudah ada sejak 1981 di Malaysia. Tapi syukurlah saya masih bisa memberikan Julie’s Peanut Butter Sandwich ini ke ibu bapak kalau mau ke Bandung, soalnya ibu dan bapak sebenarnya kurang suka biskuit, tapi waktu nyicip Julie’s Peanut Butter Sandwich, beliau suka, mungkin karena pada dasarnya beliau memang hobi banget dengan selai kacang, jadinya Julie’s Peanut Butter Sandwich serasa pas dan nikmat di lidah.



Awal bawa Julie’s Peanut Butter Sandwich juga tanpa sengaja. Gara-gara karena anak-anak saya memang hobi ngemil kalau sedang dalam perjalanan dari Bogor ke Bandung, nah, cemilan yang mereka pilih adalah  Julie’s Peanut Butter Sandwich ini dengan alasan lebih sehat padahal aslinya memang mereka doyan. Karena stoknya banyak, jadilah buat oleh-oleh ibu bapak, dengan tampilan warna emas creamy, biskuit berisi selai kacang gurih ini ternyata mampu menarik perhatian ibu dan bapak saya yang aslinya kurang suka biskuit. Eh,  ternyata beliau-beliau suka, jadinya berasa wajib bawa Julie’s Peanut Butter Sandwich setiap kali pulang. Apalagi biskuit ini mengandung sekitar 90 kkal per dua kepingnya, jadi tidak sekedar cemilan biasa. Yang pasti biskuit ini sudah halal juga dan tersedia di hampir seluruh outlet modern market di Indonesia seperti di Indomaret. Pertengahan bulan April ini ada promo beli 2 gratis 1 juga di Indomaret, jangan sampai kehabisan ya 😊
Julie's Peanut Butter Sandwich ini tak hanya disukai masyarakat Malaysia dan Indonesia lho, tetapi juga Italia, padahal masyarakat Italia termasuk konservatif kalau dikenalkan makanan yang bukan dari negaranya.
Julie’s Peanut Butter Sandwich ini sedang mengadakan lomba foto lho! Hadiahnya microwave, alat masak, voucher belanja senilai total jutaan rupiah dalam yang infonya ada di sini
Jangan sampai ketinggalan ikutan lombanya ya, pantengin sosmed Julie's Indonesia atau IG @julies.ind
Jangan sampai lupa ya 😊
 #PenuhCintaDariJulies
#TerbaikDariIbu #Emak2JuliesBiscuit