Mi instan bukan saja enak dalam penyajian karena praktis, namun juga nikmat di lidah dan membuat hampir semua orang yang pernah mencicipinya ketagihan. Mi yang diciptakan oleh Momofuku Ando ini tidak saja disukai oleh orang dewasa, namun juga anak-anak dan remaja, bahkan anak kos sangat identik dengan mie instan.
Salah satu makanan favorit orang Indonesia adalah mi instan, jadi bisa dipastikan hampir setiap orang pernah mencicipi mi instan atau mempunyai persediaan mi instan di rumah. Tak jarang pula ada yang membawa mie instan ketika bepergian ke luar negeri sebagai persediaan kalau-kalau di negara tujuan tidak menemukan makanan yang pas di lidah.
Kalau saya pribadi, sejak saya kecil ibu saya tidak pernah menyediakan mi instan di rumah, alasannya karena ibu bisa membuatnya sendiri. Sampai saya SMA, barulah saya kenal dengan mie instan ini, gara-garanya kelaparan saat belajar kelompok di rumah teman. Akhirnya bikin ketagihan sampai kuliah dan berumah tangga.
Saat sudah punya anak, saya memutuskan stop makan mie instan, saya khawatir anak-anak jadi ketagihan, yang paling saya khawatirkan adalah kandungan lemak tinggi pada mie dan garam sodium dalam jumlah tinggi pada bumbu. Sodium inilah yang perlu dicermati karena asupan sodium sebaiknya tak melebihi 300 mg per sajian, seperti pernah dijelaskan oleh Prof. C. Hanny Wijaya, Food Science Expert dan Head of Food Chemistry Division IPB. Tekad itu kami canangkan bersama, namun rupanya suami sulit sekali diajak kerja sama, pulang dinas masih saja suka bawa oleh-oleh mie instan. Tombo pengen, begitu katanya. Akhirnya kami sekali-sekali masih makan mie instan, curi-curi kesempatan kala anak-anak sedang tidur. Namun lama-kelamaan aksi itu ketahuan juga. Aromanya yang mengundang malah membuat anak mereka bangun.
Merengek minta mie malam-malam membuat saya terpaksa menuruti keinginan anak-anak meskipun dengan sangat terpaksa, hingga akhirnya saya menambah sayur dan telor ke dalam mie instan tanpa bumbu, hanya memberikan minyak ditambah garam dan kecap saja ke dalamnya.
Beranjak semakin besar, anak-anak sudah pintar bikin mie instan sendiri. Khawatir? Tentu saja, dampak dari terlalu tingginya kandungan garam, lemak dan kalori membuat saya takut berdampak buruk pada kesehatan mereka. Mie instan juga tak cukup memiliki kandungan vitamin, mineral atau serat yang bermanfaat bagi tubuh.
Dampak buruk yang sudah terlihat nyata adalah pada perubahan bentuk badan suami saya. Perutnya semakin lama semakin mengembang, padahal beliau disiplin sekali berolahraga. Itu dampak buruk jangka panjang, sedangkan dampak buruk jangka pendeknya sebenarnya juga sudah kami rasakan, yaitu perut serasa beugah, seperti terasa kembung atau penuh yang sama sekali tidak nyaman, rasa di mulut juga berubah agak pahit jika mie instan di mangkok sudah tandas. Kalau suami saya memang termasuk sensitif pencernaannya, hingga hanya dalam hitungan beberapa menit saja setelah makan mie instan, pasti perutnya akan memaksanya untuk ke belakang. Perenungan kami soal mie instan ini akhirnya membuat kami sekeluarga sepakat mengatur ulang pola makan dan stop makan mie instan.
Apakah bisa benar-benar stop? Ternyata tidak! Godaan makan mie instan selalu saja ada, bukan hanya pada saya dan anak-anak, namun juga pada suami, apalagi kalau sedang dinas. Aroma mie instan yang diviruskan dari teman-temannya membuat suami saya lupa dengan tekadnya untuk berhenti melirik mie instan. Bertemu dengan mie instan serasa dunia begitu indah saking nikmatnya. Jadi bisa dibayangkan, betapa tersiksanya hari-hari kami ‘puasa’ dari mie instan.
Tersiksa? Tentu saja, apalagi suami saya yang paling susah melawannya, kalau beliau pulang dinas dengan jujur cerita pada saya kalau sudah melanggar. Makanya suami saya begitu gembira kala mengetahui ada mie instan yang sehat, Mi Kering Tropicana Slim yang sangat aman dan sehat dikonsumsi siapapun, bahkan untuk orang yang sedang menderita penyakit tertentu memang layak dicoba. Saya sudah perhatikan papan gizi dalam kemasannya, ternyata berbeda sekali dengan mi biasa.
kemasannya eksklusif |
Tropicana Slim Less Fat Noodles memiliki kadar lemak yang lebih rendah sehingga membantu menjaga berat badan. Hal ini bisa dibuktikan dengan perbedaan air hasil dari perebusa mie itu sendiri. Penyebabnya adalah karena mie instan biasa dimasak dengan cara digoreng, sedangkan Tropicana Slim dipanggang. Kandungan berbahaya dalam mi instan biasa didapatkan dari proses pengolahan sampai proses pengawetan yang dilakukan dengan cara menggoreng mi sampai kering. Proses penggorengan menggunakan minyak goreng yang membuat air rebusan menjadi keruh dan agak berminyak ketika direbus. Berbeda sekali dengan air rebusan mi Tropicana Slim yang jernih karena proses pembuan mi Tropicana Slim bukan digoreng melainkan dipanggang. Makanan yang lain saja lebih sehat dipanggang daripada digoreng bukan?
Bagaimana soal rasa? Awalnya sempat ragu, karena biasanya yang sehat-sehat untuk tubuh itu belum tentu cocok di lidah. Namun ternyata keraguan kami tak terbukti. Suami saya menghabiskan mie Tropicana Slim dengan puas dan lega, begitu pula dengan saya dan anak-anak. Ya, karena tidak ada perasaan berdosa itu juga mungkin ya, yang membuat rasa mie Tropicana Slim malah lebih enak dibanding mie instan biasa menurut kami. Yang lebih melegakan adalah efek yang seharusnya langsung terasa kalau semangkuk mie Soal harga memang jauh di instan sudah berpindah ke perut, yaitu rasa beugah dan rasa tidak enak di mulut. Nyatanya kami bebas dari masalah itu, keluhan di perut dan mulut tak ada dalam mie Tropicana Slim Less Fat Noodles. Soal harga memang jauh di atas rata-rata mi biasa, tapi apakah kita akan menawar-nawar harga kalau sudah berhubungan dengan kesehatan? Tentu tidak bukan?Mi Tropicans Slim yang yummi |