Selasa, 05 Mei 2015

BANYUWANGI KAMI (AKAN) DATANG

“Mi, liburan besok kita jalan-jalan, ya? Please...” Rajuk sulungku. Aku hanya tersenyum kecut sambil menepuk bahunya..
Siapa sih yang nggak pengen liburan? Apalagi setelah lelah dengan belajar, belajar dan belajar karena mau menghadapi ujian nasional seperti sulungku ini. Tapi apa mau dikata, justru di masa-masa sekarang ini kami harus ekstra konsentrasi memikirkan pendidikan dia selanjutnya, maklum mencari SMA bukanlah persoalan mudah, bukan hanya masalah sekolahnya di mana, namun juga biaya dan segala tetek-bengeknya. Belum selesai memikirkan nilai yang bakal keluar, kami sudah dihadang oleh kualitas sekolah, lingkungan dan semacamnya, misalnya dia bisa diterima di sekolah negeripun belum tentu sesuai dengan target pendidikan saya dan suami. Belum lagi masalah biaya, ini nih yang sebenarnya persoalan utama yang membuat kami seolah tidak bisa beranjak dari keinginan untuk berwisata.
Padahal kalau mau, cita-cita banget tu jalan-jalan ke Banyuwangi. Bukan sekedar jalan-jalan, namun juga menunaikan hajat bapak saya yang teramat sangat ingin membawa anak-anak, mantu-mantu dan cucu-cucunya ke tanah kelahiran beliau secara lengkap.
Sebenarnya sejak anak-anak masih kecil bapak saya sudah mengungkapkan keinginannya, namun selalu saja ada kendala, seperti tugas suami saya, ijin anak-anak dari sekolah ataupun kondisi yang yang hamil, kebayangkan perjalanan ke Banyuwangi itu begitu jauhnya? Biasanya bapak naik kereta api dari stasiun Bandung. Berangkat sore sekitar pukul  5 menggunakan kereta api Mutiara Selatan, turun Surabaya keesokan paginya, lanjut naik kereta api lagi ke Banyuwangi dengan waktu tempuh antara 8 sampai 9 jam. Wow banget untuk kondisi diri saya yang tidak terlalu cekatan ditambah ‘buntut’ yang sudah banyak, ditambah saya mudah sekali terserang migren. Jadi kalau mau bepergian harus dipastikan kondisi betul-betul dalam keadaan fit. Dan yang tak kalah pentingnya adalah masalah biaya. Biaya semakin bengkak tatkala anak kami bertambah, dan jadilah pembatalan demi pembatalan berulangkali terjadi. Sungguh saya tidak mau mengecewakan bapak, namun sayangnya malah itu yang terjadi, berulangkali bapak harus menelan kekecewaan karena saya. Doakan saya Pak, semoga saya bisa menunaikan hajat bapak.
impian saya adalah inpian anak-anak saya juga 
Jadi kalau ditanya impian wisata atau liburan saya di mana, dengan mantap akan saya katakan bahwa saya ingin sekali ke Banyuwangi. Bukan saja memanjangkan tali silaturahim, namun saya dan anak-anak juga akan melihat sebagian kecil dari tanda-tanda kebesaran Allah, seperti Pantai Pulau Merah Banyuwangi, Kawah Ijen Banyuwangi, Teluk Hijau Green Bay, Pulau Tabuhan, Air Terjun Lider Banyuwangi, Watu Dodol Banyuwangi, Pantai Plengkung Banyuwangi dan beberapa tempat lagi di Banyuwangi yang pastinya sangat menawan.
Ingin lihat langsung tanah merah di Pulau Merah seperti apa, ingin menginjakkan kaki di pulau yang bentuknya menyerupai bukit kecil itu. Ingin juga melihat Kawah Ijen, pastinya tempatnya diselimuti asap belerang, ya, tapi saya penasaran dengan adanya danau belerang yang berwarna tosca dan api biru, cantik banget. Yang nggak kalah kepengennya adalah ke Teluk Hijau, ingin merasakan udara segar pantai yang bercampur dengan udara hutan tropis Taman Nasional Meru Betiri, hmmm pasti kesegarannya beda dong dengan udara Bogor. Anak-anak pasti hepi kalau dibawa ke air terjun Lider Banyuwangi secara dari yang kecil sampai yang sudah remaja hobi banget main air. Kebayang juga serunya kalau kami sempat ke Watu Dodol Banyuwangi yang terletak di desa Ketapang. Kata ibuku pemandangan di Watu Dodol sangat indah, kita dapat menyaksikan pemandangan pantai di sepanjang jalan dengan bebukitan yang berada di seberangnya, dari sini kita bahkan dapat melihat Pulau Bali! Seru nggak sih? Sudah kebayang deh kalau kami bisa sampai ke sana, kami akan tadabur alam, kami akan berfikir, merenung, hebatnya Allah yang telah menciptakan semua keindahan itu, semoga hati-hati kami jadi gemetar dibuatnya, semoga kehidupan kami tidak lalai dalam mengingat Allah setelah perjalanan ini.
Yang utama sebenarnya bukan senang-senangnya saja sudah lihat pemandangan kece, asik dan menawan, melainkan  silaturahimnya, kebayang dong di sana ada 8 adik-adik bapak saya plus keluarganya? Mereka sendiri ke Bandung kalau pas ada acara-acara penting seperti saat bapak saya menikahkan anak-anaknya, dan karena jarak antara Banyuwangi dan Bandung itu jauh banget, jadinya tidak semua paklek dan bulek saya itu turut serta, melainkan giliran, so nggak bisa ketemu secara lengkap kecuali kitanya yang berkunjung ke sana, sedangkan saya sendiri terakhir ke Banyuwangi masih kelas 4 SD.
anak-anak yang harus "digendong" suamiku menuju Banyuwangi impian


Tinggal saya seorang dari 4 anak bapak yang belum pernah lagi ke Banyuwangi sejak 27 tahun yang lalu. Bapak sudah kesana membawa anak-anak, mantu-mantu dan cucu-cucu dari kakak dan adik-adik saya, padahal cucu terbanyak adalah dari saya. Semoga saya tidak memupuskan harapan bapak, cita-cita bapak adalah impian saya juga.  Ya Allah wujudkanlah mimpi kami, Banyuwangi, kami akan segera datang, semoga.



3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Wah jadi tertarik ingin ikut ke banyuwangi juga...hehehe

    BalasHapus