Bicara soal kebahagiaan, kalau direnung-renungkan sepertinya
terlalu banyak hal membahagiakan yang kutemui hampir setiap hari. Bangun tidur dengan
segar tanpa dibangunkan alarm satu jam sebelum Subuh membuatku bahagia,
membuatkan sarapan dengan mulus dan enak juga membuatku bahagia. Maksudnya mulus
adalah tanpa ada ‘huru-hara’ seperti kehabisan bawang, kecipratan minyak panas
atau keasinan. Menyiapkan anak-anak berangkat sekolah dengan mulus juga
membuatku bahagia. Mulus di sini adalah tanpa diwarnai susah dibangunkan, pe-er
belum dikerjakan, kaos kaki hilang sebelah atau menu sarapan yang tidak cocok.
Kalau lancar begitu maka anak-anak pergi sekolah dengan senyum, bukan manyun.
Ketemu tukang sayur secara tidak sengaja sepulang mengajar saja bisa membuatku
bahagia, apalagi kalau si abang sayur bawa sayuran yang aneh-aneh seperti
jantung pisang, daun pakis atau ikan Sidat. Wuih ternyata hal-hal kecil itu
bisa membuatku bahagia tanpa disadari, jadi wajar kalau aku ingin juga berbagi kebahagiaan pada semua orang.
Kebahagiaan bersama keluarga yang sebentar lagi akan kami dapatkan adalah
kebahagiaan besar, yang semula membuat diriku sendiri tak percaya, yaitu
rencana pernikahan ibu mertuaku. Jika tidak ada halangan, pernikahan akan dilaksanakan
tanggal 27 Juni tahun ini.
Sebelumnya aku tidak pernah menyangka ibu mertua yang sudah
menginjak usia 67 sekarang ini berniat nikah lagi. Betul-betul di luar dugaan.
Apalagi sejak bapak meninggal tahun 2009
lalu, ibu bertekad hidupnya akan dihabiskan hanya untuk beribadah saja. Lantas
apakah dengan menikah artinya tidak beribadah? Sudah tentu menikah juga ibadah,
hanya saja saya pikir ibu akan menghabiskan hari-harinya tanpa didampingi lagi
oleh seseorang bernama suami. Meski awalnya sempat khawatir, namun demi melihat
kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya, kukubur dalam-dalam rasa cemasku.
Kenapa aku khawatir? Aku takut ibu tidak bahagia bersama suami barunya, aku
khawatir kalau-kalau suaminya sakit-sakitan, cukup sudah selama 6 tahun ibu
mengurus almarhum bapak yang terkapar sakit sampai sempat pakai diapers.
Namun demi melihat
kesungguhan keduanya meski sudah sepuh, tentu suamiku tak keberatan, begitu
pula dengan kakaknya dan aku sebagai menantunya.
“Nanti Ibukan bisa nengok kamu ke Bogor berdua , tanpa kamu
harus susah-susah jemput ibu,” ujar ibu saat suamiku iseng menanyakan apa yang
bisa dilakukannya setelah menikah.
“Ibu juga nggak usah susah-susah lagi nyamar jadi
laki-laki,” tambahku yang dijawab dengan derai tawa oleh ibu. Aku tidak akan
lupa kisah ibu mertuaku ini saat masa panen tiba. Karena ibu tidak memiliki
tempat khusus untuk menjemur gabah, maka ibu menjemurnya di teras rumah yang
cukup luas. Namun karena gabah belum kering semua dan akan sangat merepotkan
memasukkannya kembali ke karung-karung dengan jumlah yang berkwintal-kwintal,
sementara mencari orang untuk membantu sangatlah susah, maka ibu membiarkannya
tetap berada di teras, hanya ditutup menggunakan terpal.
Berita tetangga yang mengabarkan bahwa gabahnya dicuri
orang, membuat ibu khawatir akan gabahnya sendiri. Malam setelah mendengar kabar pencurian itu,
ibu memutuskan untuk menjaga gabahnya di teras. Karena tidak ingin membuat si
maling senang melihat calon korbannya adalah perempuan, maka menyamarlah beliau
malam itu. pakaian almarhum bapak dikenakannya, tak lupa kupluk yang hanya
menyisakan sepasang matanya untuk mengusir dingin. Dengan nekat, ibu tisur di
kursi teras. Benar saja, baru saja ibu terlelap, sebuah motor mendekat, suaranya
membuat ibu terjaga. Dipicingkannya matanya dengan seksama, dilihatnya si
pembonceng motor sedang menggulung terpal berisi gabah, sang pembawa motor
hanya duduk di tempatnya sambil memberi perintah. Lalu dengan keberanian yang
menurutku luar biasa, ibu bangkit dan menyalakan senter tepat ke arah wajah si
maling. Maling yang ada di atas motor menggertak sambil memelototkan matanya,
namun ibu tak gentar, diaacung-acungkannya golok yang sudah disiapkan. Syukurlah
mereka langsung kabur. Namun mendengar cerita beliau ini, aku deg-deg plas,
bahkan suamiku juga melarang dengan tegas ibunya melakukannya lagi, hanya
karena pertolongan Tuhan saja para maling itu kabur, bukankah sudah banyak
cerita-cerita mengerikan yang ada dalam berita?
Dari peristiwa itu maka kakak perempuan suamiku menyuruh
adiknya pulang untuk menemani ibu. Suamiku bersedia, namun kedinasannya
membuatnya sulit untuk pindah meskipun sudah mengajukan. Kami juga kasihan membayangkan
ibu harus tinggal seorang diri di rumah seluas itu. Maka rencana ibu mau
menikah lagi tentu saja melegakan kami, membahagiakan kami, dan membuat beban suamiku tentang kepindahan tugasnya berkurang, mudah-mudahan ibu
diberi kebahagiaan pada pernikahannya ini.
suamiku dan ibunya di depan rumah |
Kebahagiaan yang bentuknya terlihat besar ataupun kecil
selalu bisa menjadi inspirasi kebahagiaan, bahagia bersama sahabat ataupun
bahagia bersama keluarga sama-sama membuat senyum kita lebih mengembang, hati
kita lebih lapang dan jiwa kita jadi sehat. Yuk, mulai menemukan
kebahagiaan-kebhagiaan kecil yang kerapkali kita abaikan, semoga kita bisa lebih banyak bersyukur pada Tuhan.
Semoga pernikahannya dirahmati Allah
BalasHapusaamiin
HapusSubhanallah...Ibu mertua masih mencari pahala sebanyak-banyaknya. Meski sudah berusia senja, tidak mau merepotkan anaknya. Semoga Allah memberi kemampuan untuk beribadah melayani suami.
BalasHapusaamiin, betul Mbak, makasih doanya.
HapusSemoga dilimpahi kasih sayang setelah menikah
BalasHapusaamiin
Hapuscerita ibu mertua yang juga heroik mengusir maling gabah
BalasHapushehehe iya mbak, coba ada CCTV ya...
HapusSubhanallah kerren Ibu mertuanya Mak. Mental oke banget menghadapi maling itu.
BalasHapusSemoga pernikahan beliau diberkahi dan membawa kebahagiaan untuk beliau berdua serta anak2 dan cucu2nya ya Mak, aamiin.
Iya Mak aamiin, makasih doanya
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusWah terharu saat membaca...
BalasHapussemoga pernikahan ibu mertuanya kian menambah bahagia dan barokah.
Aamiin, makasih Mbak
Hapussemoga barokah mak. udah sepuh bukan berarti tak butuh teman hidup lagi ya. apalagi anak2 sudah mandiri semua.
BalasHapusBetul Mbak, justru butuh untuk teman ngobrol, teman berbagi suka duka. Aamiin makasih doanya.
HapusWah senang nya ya mak lihat ibu mertua punya teman hidup lagi. Ibu saya juga nikah senja dg pemikiran yg sama. Sukurlah anaknya yg jauh jauh jadi ga was was lagi krn sekarang ibu ada temannya
BalasHapusIya Mbak jadi nyicil ayem ya
HapusIbu mertua berani banget ya.... btw semoga pernikahannya membawa kebahagiaan untuknya ^_^
BalasHapusDari sejak muda memang berani sama apa aja Mbak hehe
HapusMoga sakinah mawaddah jodoh itu rahasia Allah moga ibunda berbahagia ada yg menemani di hari tuanya
BalasHapusAamiin, makasih doanya Mbak
BalasHapusIbu mertuanya pemberani ya, mbak, nyamar dan tidur di luar rumah... :D
BalasHapusSemoga keluarga baru beliau sakinah mawaddah warahmah, aamiin...