Senin, 11 Mei 2015

Berbagi Bahagia Atas Pernikahan Ibu Mertua untuk Sahabat Tabloid Nova

Bicara soal kebahagiaan, kalau direnung-renungkan sepertinya terlalu banyak hal membahagiakan yang kutemui hampir setiap hari. Bangun tidur dengan segar tanpa dibangunkan alarm satu jam sebelum Subuh membuatku bahagia, membuatkan sarapan dengan mulus dan enak juga membuatku bahagia. Maksudnya mulus adalah tanpa ada ‘huru-hara’ seperti kehabisan bawang, kecipratan minyak panas atau keasinan. Menyiapkan anak-anak berangkat sekolah dengan mulus juga membuatku bahagia. Mulus di sini adalah tanpa diwarnai susah dibangunkan, pe-er belum dikerjakan, kaos kaki hilang sebelah atau menu sarapan yang tidak cocok. Kalau lancar begitu maka anak-anak pergi sekolah dengan senyum, bukan manyun. Ketemu tukang sayur secara tidak sengaja sepulang mengajar saja bisa membuatku bahagia, apalagi kalau si abang sayur bawa sayuran yang aneh-aneh seperti jantung pisang, daun pakis atau ikan Sidat. Wuih ternyata hal-hal kecil itu bisa membuatku bahagia tanpa disadari, jadi wajar kalau aku ingin juga berbagi kebahagiaan pada semua orang.
Kebahagiaan bersama keluarga  yang sebentar lagi akan kami dapatkan adalah kebahagiaan besar, yang semula membuat diriku sendiri tak percaya, yaitu rencana pernikahan ibu mertuaku. Jika tidak ada halangan, pernikahan akan dilaksanakan tanggal 27 Juni  tahun ini.
Sebelumnya aku tidak pernah menyangka ibu mertua yang sudah menginjak usia 67 sekarang ini berniat nikah lagi. Betul-betul di luar dugaan. Apalagi sejak  bapak meninggal tahun 2009 lalu, ibu bertekad hidupnya akan dihabiskan hanya untuk beribadah saja. Lantas apakah dengan menikah artinya tidak beribadah? Sudah tentu menikah juga ibadah, hanya saja saya pikir ibu akan menghabiskan hari-harinya tanpa didampingi lagi oleh seseorang bernama suami. Meski awalnya sempat khawatir, namun demi melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya, kukubur dalam-dalam rasa cemasku. Kenapa aku khawatir? Aku takut ibu tidak bahagia bersama suami barunya, aku khawatir kalau-kalau suaminya sakit-sakitan, cukup sudah selama 6 tahun ibu mengurus almarhum bapak yang terkapar sakit sampai sempat pakai diapers.
Namun  demi melihat kesungguhan keduanya meski sudah sepuh, tentu suamiku tak keberatan, begitu pula dengan kakaknya dan aku sebagai menantunya.
“Nanti Ibukan bisa nengok kamu ke Bogor berdua , tanpa kamu harus susah-susah jemput ibu,” ujar ibu saat suamiku iseng menanyakan apa yang bisa dilakukannya setelah menikah.
“Ibu juga nggak usah susah-susah lagi nyamar jadi laki-laki,” tambahku yang dijawab dengan derai tawa oleh ibu. Aku tidak akan lupa kisah ibu mertuaku ini saat masa panen tiba. Karena ibu tidak memiliki tempat khusus untuk menjemur gabah, maka ibu menjemurnya di teras rumah yang cukup luas. Namun karena gabah belum kering semua dan akan sangat merepotkan memasukkannya kembali ke karung-karung dengan jumlah yang berkwintal-kwintal, sementara mencari orang untuk membantu sangatlah susah, maka ibu membiarkannya tetap berada di teras, hanya ditutup menggunakan terpal.
Berita tetangga yang mengabarkan bahwa gabahnya dicuri orang, membuat ibu khawatir akan gabahnya sendiri.  Malam setelah mendengar kabar pencurian itu, ibu memutuskan untuk menjaga gabahnya di teras. Karena tidak ingin membuat si maling senang melihat calon korbannya adalah perempuan, maka menyamarlah beliau malam itu. pakaian almarhum bapak dikenakannya, tak lupa kupluk yang hanya menyisakan sepasang matanya untuk mengusir dingin. Dengan nekat, ibu tisur di kursi teras. Benar saja, baru saja ibu terlelap, sebuah motor mendekat, suaranya membuat ibu terjaga. Dipicingkannya matanya dengan seksama, dilihatnya si pembonceng motor sedang menggulung terpal berisi gabah, sang pembawa motor hanya duduk di tempatnya sambil memberi perintah. Lalu dengan keberanian yang menurutku luar biasa, ibu bangkit dan menyalakan senter tepat ke arah wajah si maling. Maling yang ada di atas motor menggertak sambil memelototkan matanya, namun ibu tak gentar, diaacung-acungkannya golok yang sudah disiapkan. Syukurlah mereka langsung kabur. Namun mendengar cerita beliau ini, aku deg-deg plas, bahkan suamiku juga melarang dengan tegas ibunya melakukannya lagi, hanya karena pertolongan Tuhan saja para maling itu kabur, bukankah sudah banyak cerita-cerita mengerikan yang ada dalam berita?
Dari peristiwa itu maka kakak perempuan suamiku menyuruh adiknya pulang untuk menemani ibu. Suamiku bersedia, namun kedinasannya membuatnya sulit untuk pindah meskipun sudah mengajukan. Kami juga kasihan membayangkan ibu harus tinggal seorang diri di rumah seluas itu. Maka rencana ibu mau menikah lagi tentu saja melegakan kami, membahagiakan kami, dan membuat beban suamiku tentang kepindahan tugasnya berkurang, mudah-mudahan ibu diberi kebahagiaan pada pernikahannya ini.
suamiku dan ibunya di depan rumah


Kebahagiaan yang bentuknya terlihat besar ataupun kecil selalu bisa menjadi inspirasi kebahagiaanbahagia bersama sahabat ataupun bahagia bersama keluarga sama-sama membuat senyum kita lebih mengembang, hati kita lebih lapang dan jiwa kita jadi sehat. Yuk, mulai menemukan kebahagiaan-kebhagiaan kecil yang kerapkali kita abaikan, semoga kita bisa lebih banyak bersyukur pada Tuhan.

22 komentar:

  1. Semoga pernikahannya dirahmati Allah

    BalasHapus
  2. Subhanallah...Ibu mertua masih mencari pahala sebanyak-banyaknya. Meski sudah berusia senja, tidak mau merepotkan anaknya. Semoga Allah memberi kemampuan untuk beribadah melayani suami.

    BalasHapus
  3. Semoga dilimpahi kasih sayang setelah menikah

    BalasHapus
  4. cerita ibu mertua yang juga heroik mengusir maling gabah

    BalasHapus
  5. Subhanallah kerren Ibu mertuanya Mak. Mental oke banget menghadapi maling itu.
    Semoga pernikahan beliau diberkahi dan membawa kebahagiaan untuk beliau berdua serta anak2 dan cucu2nya ya Mak, aamiin.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Wah terharu saat membaca...
    semoga pernikahan ibu mertuanya kian menambah bahagia dan barokah.

    BalasHapus
  8. semoga barokah mak. udah sepuh bukan berarti tak butuh teman hidup lagi ya. apalagi anak2 sudah mandiri semua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbak, justru butuh untuk teman ngobrol, teman berbagi suka duka. Aamiin makasih doanya.

      Hapus
  9. Wah senang nya ya mak lihat ibu mertua punya teman hidup lagi. Ibu saya juga nikah senja dg pemikiran yg sama. Sukurlah anaknya yg jauh jauh jadi ga was was lagi krn sekarang ibu ada temannya

    BalasHapus
  10. Ibu mertua berani banget ya.... btw semoga pernikahannya membawa kebahagiaan untuknya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari sejak muda memang berani sama apa aja Mbak hehe

      Hapus
  11. Moga sakinah mawaddah jodoh itu rahasia Allah moga ibunda berbahagia ada yg menemani di hari tuanya

    BalasHapus
  12. Ibu mertuanya pemberani ya, mbak, nyamar dan tidur di luar rumah... :D

    Semoga keluarga baru beliau sakinah mawaddah warahmah, aamiin...

    BalasHapus