Beberapa waktu lalu seorang teman facebook sebut saja mbak Enik mengirim pesan. Rupanya dia adalah istri dari teman saya waktu SMA, sebut saja mas Iwan. Banyak hal yang ditanyakannya sampai seakrab apa saya dengan suaminya. Semula saya menduga dia curiga pada saya, kemungkinan dia mencurigai kedekatan saya dengan suaminya, padahal selama ini saya malah tidak pernah berkomunikasi sama sekali meskipun sudah berteman lagi di facebook.
Setelah lama ngobrol, barulah istri teman SMA saya itu curhat kalau suaminya berubah setelah ikut reuni SMA beberapa waktu lalu. Saya memang tidak ikut reuni, sayapun kurang mengikuti perkembangan teman-teman sebelum dan sesudah reuni.
Dari reuni itu terungkap kalau salah seorang teman kami sebut saja teh Ita mengungkapkan rasa cintanya pada mas Iwan sejak kami SMA. Anehnya mas Iwan merasa bertanggungjawab dan merasa menyesal karena tidak pernah menyadari kalau ada gadis yang memperhatikan dan mencintainya di kelas. Lalu rasa tanggung jawab itu diwujudkannya dengan rutin mengunjungi Yogya dari Surabaya seminggu sekali, persis seperti orang apel malam mingguan. Lho, memangnya status teh Ita gimana? Janda, masih gadis atau masih bersuami?
Sebelum ada kejadian ini teh Ita selalu kelihatan hepi dan baik-baik saja dengan ketiga anak-anaknya yang sudah menjelang remaja. Anehnya dia memang tidak pernah berpose dengan suami. Saat ditanya, dia mengaku suaminya pemalu. Bahkan saat saya sedang hamil anak ketujuh, dia mengaku dirinya juga sedang promil pengen anak perempuan.
Namun cerita yang berbeda disampaikan teh Ita pada mas Iwan. Dia mengaku kalau suaminya telah KDRT padanya, dia bilang kalau dia tak pernah cinta pada suami, mereka dijodohkan hingga suami yang selalu memberi obat bius hingga lahir tiga anak.
Sampai sekarang kami teman sekolahnya tidak tahu cerita versi siapa yang benar. Oh iya cerita ini akhirnya menyebar di grup WA teman SMA gara-gara saya kepo dengan status teh Ita atas permintaan mbak Enik. Hal ini pula yang membuat mas Iwan memaki-maki saya biarpun hanya via WA.
Lama tak berkabar tiba-tiba semalam mbak Enik memberitahu kalau suaminya sudah menggugat cerai di Pengadilan Agama.
"Selama ini saya sudah bertahan demi anak, Mbak, saya gak mau anakku terus-terusan cari ayahnya, tapi kalau akhirnya seperti ini aku harus gimana lagi?" Itu jawaban mbak Enik saat saya menyayangkan keputusan suaminya.
"Mas Iwan gak bisa ninggalin teh Ita, Mbak, dia udah lupa sama anak yang sekian lama diidamkannya," tulisnya lagi.
Boleh percaya atau tidak, saya ikut menitikkan air mata membaca kalimat-kalimat sedih mbak Enik, padahal kami baru bertemu di dunia maya.
#ODOPOKT5
Sediiihhhh.... Kisah serupa juga pernah dialami teman saya setelah ikut reuni. Niatkan reuni untuk silaturahim bukan untuk pamer harta apalagi mengenang masa lalu
BalasHapusTernyata kisah serupa banyak ya Mbak, sedih banget😢
Hapuskalau saya malu ikut reuni.. banyak dosa.. apalagi dulu saya belum sungguh sungguh belajar agama...lha jadi curhat begini ini...
BalasHapusSaya juga banyak pertimbangan Teh. Selain memang gak bakal dapet ijin suami 😅
Hapusya Allah mbak, saya sampai menitik kan air mata membacanya, mengapa bisa ada perempuan yang telah bersuami menyatakan cinta dengan suami orang, kasihan mbak enik semoga dapat ganti yang lebih baik..
BalasHapusreuni memang membawa petaka, saya jangankan untuk hadir di acar a reuni, gabung di grub what apps saja saya sudah malas, terkadang bercanda mereka kelewatan hingga tengah malam, seolah-olah lupa jika masing-masing telah punya pasangan, ketika saya kritik saya di anggap terlalu serius dan jangan di ambil hati.. karena nggak tahan notif24 bunyi terus akhirnya saya lebih memilih keluar dari group
Oalaaah Mbak, kirain di grup WA sekolahku aja yang begitu. Aku juga pilih keluar gara-gara ngomongnya udah pada nyerempet yang jorok-jorok, kalau diingetin bilangnya kita ngobrol yang asik-asik ajalah, gak usah serius terus😣
HapusAstaghfirullah..
BalasHapusSemoga dikuatkan Mbak Enik ya , Mbak
Miris dengar ceritanya
Mbaaak, Ya Allaaah
BalasHapus‘Alhamdulillahilladzi ‘aafaani mimmab talaaka bihi, wa faddhalanii ‘ala katsiirim mimman khalaqa tafdhilaa’
Aku ngeri baca yg ini, mba
HapusSemoga dijauhi dari kasus seperti di atas