Menjelang tidur anak-anak seperti
biasa nagih didongengin. Emaknya yang sedang kehabisan ide lalu bertanya apa
saja yang menggelisahkan mereka. Ternyata mas Adib yang sudah kelas 2 SD
bertanya tentang mengapa banyak bencana alam. Aha! Dari pertanyaan lugunya
muncullah kisah khalifah dan seorang wali yang pernah emak tahu. mungkin belum
menjawab lengkap pertanyaan mas Adib, tapi saya bersyukur malam itu stok cerita
emak di kepala bisa nongol.
Diceritakan dalam kitab Kumpulan
Keramat Para Wali bahwa di zaman Khalifah Sayidina Umar bin Khatab, suatu hari
terjadi gempa bumi dahsyat di jazirah Arab. Kemudian Sayidina Umar bin Khatab
memukul bumiyang sedang bergetar dengan tongkatnya sambil berkata, "wahai
bumi, engkau hamba Allah dan aku khalifah Allah. Kenapa engkau bergoncang?
Apakah aku pernah bertindak tidak adil terhadap engkau? Kalau tidak berhentilah
bergoncang!"
Sungguh tindakannya di luar logika,
namun ternyata setelah berkata seperti itu seketika bumi kembali tenang.
Bumi sebagai makhluk Allah ikut
tunduk patuh kepada khalifah Allah sebagai wakil Allah di zaman itu. Dalam
dunia wali, orang seperti ini disebut Sohibuzzaman yang kepadanya Allah
mewariskan bumi. Begitulah hebatnya Allah, kalau Allah mengutus seseorang
sebagai wakilnya di bumi, Allah bekalkan segala keperluannya. Bahkan tentara
Allah seperti bumi, laut, air, angina, awan dan lain-lain Allah jadikan untuk
menjadi makhluk yang taat kepada utusan Allah.
Cerita ini bukan saja berlaku pada
para sahabat, namun juga para wali. Contohnya Tokku Paloh, wali terkenal di
Trengganu Malaysia. Sewaktu Inggris datang hendak menjajah Trengganu, sepasukan
tentara Inggris datang menemui Tokku Paloh. Mereka meminta ijin agar mereka
bisa menempati Bukit Besar. Tokku Paloh lalu mengatakan kalau mereka boleh mengambil
Bukit Besar dengan syarat bukit itu dibawa ke Negara mereka.
“Kalau mencampuri urusan
pemerintahan kami, kami menolak. Kalau menginginkan tanah, silahkan ambil dan
masukkan ke dalam kapal Tuan sebanyak apapun Tuan mau,” jawab Tokku Paloh.
Mendapat jawaban seperti itu sudah pasti membuat tentara Inggris marah dan
bangun dari duduknya, namun tak disangka kursi yang mereka duduki melekat di
badan para tentara Inggris itu.
“Bukan hanya Bukit Besar itu saja
yang kalian mau ambil, tapi kursi sayapun mau kalian ambil.” Kemudian atas ijin
Allah kursi yang melekat dapat lepas kembali dan tentara Inggris pulang dengan
rasa malu. Namun mereka tidak malu untuk datang lagi dan kembali berunding.di
atas kapal perang mereka yang besar. Mengapa harus di atas kapal perang? Hal
ini bertujuan agar bisa menakut-nakuti Tokku Paloh dan orang-orang Trengganu
bahwa mereka bisa sewaktu-waktu menyerang kalau tidak menurut. Namun ternyata
Tokku Paloh berkata kalau kapal perang mereka tidak akan mampu bertahan jika
beliau naik. Tentara Inggris tertawa meledek. Lalu Tokku Paloh naik ke atas
kapal, namun alangkah terkejutnya tentara Inggris, karena setiap kali Tokku
Paloh memiringkan sorbannya ke kiri lantas kapal perang itu miring ke kiri, dan
saat Tokku Paloh memiringkan sorbannya ke kanan, maka kapal itupun miring ke
kanan. Keadaan itu sangat membuat tentara Inggris ketakutan hingga membatalkan
perundingan itu. Hanya karena perintah rohani Tokku Paloh diterima, dipahami,
ditaati oleh kapal dan laut, maka bergerak-geraklah kapal tanpa memerlukan
perhitungan yang rumit atau alat lahiriah canggih seperti yang biasa digunakan
oleh teknologi akal.
Jika ada wali di muka bumi ini
sekarang, tentara Allah akan menuruti segala perintah wali Allah itu.
Pertanyaannya sudahkah ada lagi wali Allah di zaman ini? Sebelum pertanyaan
emak terjawab, anak-anak sudah pulas.
#ODOPOKT13
#ODOPOKT13
Menarik cerita tentang toku paloh. ada nara sumbernya?
BalasHapusCerita itu beberapa kali saya dengar di pengajian Teh, pernah juga baca bukunya tapi udah lama banget jadinya lupa hehe
Hapus