Sabtu, 14 Oktober 2017

Kisah Tentara Allah yang Taat pada Khalifah dan Wali



Menjelang tidur anak-anak seperti biasa nagih didongengin. Emaknya yang sedang kehabisan ide lalu bertanya apa saja yang menggelisahkan mereka. Ternyata mas Adib yang sudah kelas 2 SD bertanya tentang mengapa banyak bencana alam. Aha! Dari pertanyaan lugunya muncullah kisah khalifah dan seorang wali yang pernah emak tahu. mungkin belum menjawab lengkap pertanyaan mas Adib, tapi saya bersyukur malam itu stok cerita emak di kepala bisa nongol.
Diceritakan dalam kitab Kumpulan Keramat Para Wali bahwa di zaman Khalifah Sayidina Umar bin Khatab, suatu hari terjadi gempa bumi dahsyat di jazirah Arab. Kemudian Sayidina Umar bin Khatab memukul bumiyang sedang bergetar dengan tongkatnya sambil berkata, "wahai bumi, engkau hamba Allah dan aku khalifah Allah. Kenapa engkau bergoncang? Apakah aku pernah bertindak tidak adil terhadap engkau? Kalau tidak berhentilah bergoncang!"
Sungguh tindakannya di luar logika, namun ternyata setelah berkata seperti itu seketika bumi kembali tenang.
Bumi sebagai makhluk Allah ikut tunduk patuh kepada khalifah Allah sebagai wakil Allah di zaman itu. Dalam dunia wali, orang seperti ini disebut Sohibuzzaman yang kepadanya Allah mewariskan bumi. Begitulah hebatnya Allah, kalau Allah mengutus seseorang sebagai wakilnya di bumi, Allah bekalkan segala keperluannya. Bahkan tentara Allah seperti bumi, laut, air, angina, awan dan lain-lain Allah jadikan untuk menjadi makhluk yang taat kepada utusan Allah.
Cerita ini bukan saja berlaku pada para sahabat, namun juga para wali. Contohnya Tokku Paloh, wali terkenal di Trengganu Malaysia. Sewaktu Inggris datang hendak menjajah Trengganu, sepasukan tentara Inggris datang menemui Tokku Paloh. Mereka meminta ijin agar mereka bisa menempati Bukit Besar. Tokku Paloh lalu mengatakan kalau mereka boleh mengambil Bukit Besar dengan syarat bukit itu dibawa ke Negara mereka.
“Kalau mencampuri urusan pemerintahan kami, kami menolak. Kalau menginginkan tanah, silahkan ambil dan masukkan ke dalam kapal Tuan sebanyak apapun Tuan mau,” jawab Tokku Paloh. Mendapat jawaban seperti itu sudah pasti membuat tentara Inggris marah dan bangun dari duduknya, namun tak disangka kursi yang mereka duduki melekat di badan para tentara Inggris itu.
“Bukan hanya Bukit Besar itu saja yang kalian mau ambil, tapi kursi sayapun mau kalian ambil.” Kemudian atas ijin Allah kursi yang melekat dapat lepas kembali dan tentara Inggris pulang dengan rasa malu. Namun mereka tidak malu untuk datang lagi dan kembali berunding.di atas kapal perang mereka yang besar. Mengapa harus di atas kapal perang? Hal ini bertujuan agar bisa menakut-nakuti Tokku Paloh dan orang-orang Trengganu bahwa mereka bisa sewaktu-waktu menyerang kalau tidak menurut. Namun ternyata Tokku Paloh berkata kalau kapal perang mereka tidak akan mampu bertahan jika beliau naik. Tentara Inggris tertawa meledek. Lalu Tokku Paloh naik ke atas kapal, namun alangkah terkejutnya tentara Inggris, karena setiap kali Tokku Paloh memiringkan sorbannya ke kiri lantas kapal perang itu miring ke kiri, dan saat Tokku Paloh memiringkan sorbannya ke kanan, maka kapal itupun miring ke kanan. Keadaan itu sangat membuat tentara Inggris ketakutan hingga membatalkan perundingan itu. Hanya karena perintah rohani Tokku Paloh diterima, dipahami, ditaati oleh kapal dan laut, maka bergerak-geraklah kapal tanpa memerlukan perhitungan yang rumit atau alat lahiriah canggih seperti yang biasa digunakan oleh teknologi akal. 
Jika ada wali di muka bumi ini sekarang, tentara Allah akan menuruti segala perintah wali Allah itu. Pertanyaannya sudahkah ada lagi wali Allah di zaman ini? Sebelum pertanyaan emak terjawab, anak-anak sudah pulas. 
#ODOPOKT13

2 komentar:

  1. Menarik cerita tentang toku paloh. ada nara sumbernya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cerita itu beberapa kali saya dengar di pengajian Teh, pernah juga baca bukunya tapi udah lama banget jadinya lupa hehe

      Hapus