Senin, 23 Oktober 2017

Poligami? Berani? (2)

Siapapun tidak mau dimadu, tidak mau suaminya menikah lagi, iyalah, apalagi kalau suaminya yang kegatelan pengen nikah lagi karena kepincut wanita lain, oh no no, hati istri mana yang tidak akan menjerit? Sudah pasti akan ditolak habis-habisan. Akhirnya nafsu jahat bertemu dengan nafsu jahat, perang deh!
Tapi bagaimana kalau yang minta menikah lagi adalah pemimpin? Pemimpin yang mau menyelamatkan seorang janda demi berubahnya sebuah status yang lebih terhormat?
Lagi-lagi teman saya yang mengalami poligami. Ya, saya memang hidup di lingkungan yang sebagian besar berpoligami, tapi semua suami-suami di lingkungan saya tidak ada satupun yang berpoligami karena kemauan sendiri.
"Kalau boleh memilih, saya gak mau menikah lagi, beraaat, tanggung jawabnya dunia akhirat, mendidik 1 istri aja udah berat, apalagi dua, tiga atau empat istri. Pening." Kurang lebih begitulah curhatan bapak-bapak yang sudah poligami di sini.
Ada satu teman saya yang suaminya disuruh mengambil tanggung jawab seorang janda yang ditinggal mati suaminya dan menanggung 2 anak. Meskipun berat, suami teman saya ini taat pada hasrat pemimpin. Selain janda, wanita yang dinikahinya itupun sudah berumur, jauh di atas umurnya.
Melihat kondisi yang seperti itu, teman saya dengan tulus ikhlas menerima kenyataan suaminya menikah lagi.
Apakah poligaminya lantas aman-aman saja? Ternyata oh ternyata, nafsu yang belum sepenuhnya terdidik yang lebih banyak berbicara.
Sang janda istri kedua ini punya pabrik garmen yang akhirnya diserahkan kepengurusannya pada sang suami. Akhirnya bisa merubah kehidupan mereka sebelumnya. Senang? Iyalah, secara materi memang senang, kebutuhan hidup tercukupi, susu anak tercukupi, bahkan jajan anakpun melimpah-limpah dari sebelumnya hidup susah. Namun ada konsekwensi yang harus dihadapi, yaitu semakin jarangnya suaminya pulang ke rumah karena harus mengurus pabrik. Pabriknya di Tangerang sedangkan istri pertamanya di Bogor. Pulangnya akhirnya paling cepat seminggu sekali. Nangis? Nangislah. Cemburu? Sudah pasti. Biarpun adik madunya lebih tua dan tidak lebih cantik dari dirinya, tetap saja membuatnya sesak nafas kalau membayangkan kebersamaan suami dan madunya.
Kalau bertemu tak saling tegur sapa, ibarat musuh, padahal masih satu keluarga. Jika suami berada di rumah istri pertama sang madu bolak-balik nelpon suaminya dengan alasan urusan pabrik, sedangkan sang istri pertama menelpon suaminya saat suami di Tangerang harus peras otak mencari alasan, dan biasanya alasan terampuh adalah curhat soal anak, yang anak sakitlah, yang anak nakalah atau anak jatuhlah, beragam alasan dibuat-buat.
Suaminya akhirnya pening hingga pada tahun 2009 menceraikan keduanya untuk dijadikan didikan. Hasilnya biarpun statusnya sudah bukan kakak adik madu lagi tapi ternyata mereka masih saling diam, gak saling tegur. Lucu ya?
Syukurlah di tahun 2010 suaminya merujuk kedua istrinya lagi meskipun belum berhasil berkasih sayang sampai sekarang, tapi ada perkembangan, mereka sudah saling tegur sapa meskipun sebatas say hello. Sebuah tanggung jawab pada Tuhanlah yang membuat suaminya merujuk kembali meskipun pening😅
#ODOPOKT21

2 komentar:

  1. Semoga mereka semua baik dan dapat mengambil pelajaran hidup dari ini semua.

    BalasHapus