Senin, 23 Oktober 2017

Poligami? Berani? (3)

Ada satu cerita teman saya yang sudah saya anggap sebagai orang tua. Bukan hanya karena usianya yang sudah dua kali lipat lebih matang, namun pengalaman hidupnya sangat menginspirasi saya secara pribadi. Selain itu akhlaknya kepada orang juga baik sekali, pemurahnya jangan ditanya deh.
Wanita yang saya panggil kak Jah ini adalah seorang dosen di universitas negeri. Suaminya yang lulusan Australia bekerja di sebuah perusahaan ternama.
Setelah memiliki 4 anak, mereka mendapat tawaran untuk menolong seorang perempuan. Perempuan ini harus segera ditolong karena dia baru fokus belajar agama namun belum bersuami padahal usianya sudah sangat matang. Selain itu orangnya tidak kuat pendirian, demi menyelamatkannya secara akidah dan juga kehidupan, maka diperlukan seseorang untuk segera menolongnya.
Peluang ini tidak disia-siakan oleh kak Jah. Dengan gagah berani dia menawarkan diri menjadi tangan yang bersedia menolong perempuan itu. Menolongnya bagaimana? Dia mohon pada suaminya untuk mau menikahinya. Sepertinya gila ya, tapi begitulah tekad kak Jah yang ingin jadi orang bertakwa.
Sampai akhirnya kak Jah punya 2 madu sikap kak Jah semakin membuat kami haru. Anak-anak madunya diasuhnya dengan penuh kasih sayang layaknya anak sendiri. Apalagi istri ketiga suaminya masih sangat muda, hingga harus banyak belajar tentang mengurus rumah, mengasuh anak, melayani suami. Kak Jah istimewa di mata saya, tapi tidak pernah mau dianggap istimewa. Adik-adik madunya juga hormat dan segan semua padanya.
Ada satu cerita yang menurut saya lucu tapi membuat kak Jah sedih, yaitu mami mertua kak Jah yang tidak pernah menganggap keberadaan istri-istri anaknya yang lain kecuali kak Jah.
"Menantuku itu cuma kamu, bukan yang lain," begitu yang selalu dikatakan mami mertuanya. Kalau sedang berkunjung, hanya kak Jah yang akan disambut dan diajak ngobrol, yang lain dianggap tidak ada.
#ODOPOKT22

1 komentar: