Selasa, 10 Oktober 2017

Apa Rasanya Punya Banyak Anak?

Masih ada saja orang yang merasa heran kalau saya bilang jumlah anak saya 7. Angka itu merupakan angka fantastis ternyata, padahal saya banyak menemukan seorang ibu yang memiliki jumlah anak lebih banyak. Lalu pertanyaan mengalir pada apa rasanya? Bagaimana cara mendidik anak segitu banyak? Emang gak ribet? Anaknya anyeng-anteng sih ya?
Anak-anak saya anak normal seperti anak-anak lain pada umumnya kok. Kadang mereka rewel, kadang bandel, kadang susah diatur tapi seringkali juga akhlak mulia, mudah dinasehati, ikut ibadah tanpa disuruh. Yah, namanya juga anak-anak, datang pergi sikap ngeselin dan ngangeninnya. Kalo soal beriaik jangan ditanya deh, rumah saya itu yang paling berisik di cluster ini.
Kalau ditanya soal sifat anak-anak dari si sulung sampai si bungsu, sudah pasti beraneka macam. Seringkali kalau mereka bersikap kurang baik, saya akan menelaah sikap saya saat sejak hamil sampai didikan saya pada mereka. Biasanya kalau sedang bermuhasabah seperti itu Tuhan menunjukkan petunjuk, ternyata ada saja kesalahan saya saat hamil atau mendidik mereka. Tindakan selanjutnya adalah memperbaiki kesalahan saya dalam bersikap pada anak-anak lalu menyebut namanya di setiap pertemuan malam kita dengan Allah. Betul-betul kita sebut namanya dengan bin atau binti.
Nah, yang saat ini sedang sangat meresahkan saya adalah sikap anak kelima saya yang mudah sekali menyerah. Dalam hal apapun. Dia tidak seperti anak keempat saya yang baru sedikit diberi motivasi akan terus berjuang sampai bisa. Contoh saat Adib (anak keempat)
bengong sementara ibu dan kakak-kakaknya asik dengan asik dengan buku masing-masing, maka dia terpacu ingin segera bisa membaca, padahal saat itu dia masih TK dan saya belum terlalu serius mengajarinya membaca. Dan hanya dalam waktu beberapa jam saja karena ada kemauan keras dan fokus maka Adib langsung saja bisa membaca.
Begitu pula saat dia melihat temannya yang di depan rumah bisa naik sepeda roda 2, dia langsung meminta abinya melepas roda kecil dari sepedanya. Dalam waktu sehari saja sia langsung bisa naik sepeda roda dua.
Sedangkan adiknya (Yasar) padahal beda umurnya hanya setahun setengah dengan kakaknya, tapi mengajari membaca dan latihan sepeda butuh kerja keras. Saya tidak pernah memaksa, namun kalau melihat perkembangan adiknya yaitu anak nomer 6 yang melebihi dirinya, dia malah rendah diri lantas ngambek dan susah diajak ngobrok baik-baik, bukannya menjadi motivasi bagi dirinya. Sepertinya sepele ya, tapi kalau bagi saya bikin saya betul-betul muhasabah dan saya minta ampun pada Allah jika saya banyaj salah dan silao waktu hamil Yasar. Tak henti juga saya sebut namanya dalam doa-doa saya secara khusus selain keenam anak saya yang lain.
#ODOPOKT9

6 komentar:

  1. Wah, sama dong. Saya juga tujuh....bersaudara, bukan tujuh anak :D

    BalasHapus
  2. Wah, sama dong. Saya juga tujuh....bersaudara, bukan tujuh anak :D

    BalasHapus
  3. Subhanallah....nikmatnya punya anak 7, Mbak. Tiap orang pasti beda-beda keinginan dan kemampuannya. Mungkin ada yang lebih senang dengan jumlah anak yang enggak banyak, ada yang justru bahagia dengan anak banyak kaya Mbak ini.

    BalasHapus
  4. Pengen punya banyak anak biar rame... Soalnya saya cuma Dua bersaudara, terus Adil meninggal, jadi kesepian :(

    BalasHapus
  5. Saya cuma punya satu adik, kalau di rmh sepi. Memang asik pnya banyak anak jadi rmh rame

    BalasHapus