Senin, 02 Oktober 2017

Mendongeng Sejarah

"Umi, ayo dong cerita lagi," tagih anak-anak kalau seharian saya absen 'mendongeng'. Mendongeng di sini adalah cerita-cerita soal masa lalu. Masa lalu siapa? Siapa saja, yang terlintas dalam kepala atau dari pertanyaan-pertanyaan anak-anak, misalnya saat anak-anak bertanya soal Rohingya, mau tidak mau saya harus tahu sejarah dan latar belakangnya. Dan biasanya karena dongengan saya lebih sering tidak terencana, maka biasanya cerita bisa merembet kemana-mana, misalnya dari cerita Rohingya bisa merembet ke cerita nabi-nabi, tak jarang nyempil pula cerita tokoh-tokoh pahlawan nasional.
Apakah rutinitas saya bersama anak-anak itu sedang belajar sejarah? Sebetulnya saya tidak menyadari sampai guru anak saya yang keempat memberi kabar kalau Adib bisa menceritakan dengan runtut kisah nabi Yunus as di depan kelas padahal materi itu belum pernah diberikan.
Ternyata asik juga ya belajar sejarah dalam kondisi tidak formal, serasa hanya ngobrol-ngobrol sayang saja, padahal selama ini saya beranggapan bahwa belajar sejarah adalah suatu kegiatan yang sulit karena banyak hafalan tanggal, nama tempat dan sebagainya. Memang sih anak-anak juga tidak mengingat sepenuhnya soal angka-angka itu.
Jangan sekali-kali melupakan sejarah! Begitu pesan bung Karno atau biasa disingkat jadi akronim jas merah. Memang belajar sejarah sebenarnya membuat kita memiliki wawasan yang lebih luas. Selain itu ada juga hal lain yang menguntungkan, antara lain :
- Pengalaman
Sebelum film G 30 S/PKI diputar ulang bulan kemarin, saya sudah sering mengulang-ulanc cerita soal PKI dan pahlawan revolusi, terutama pada anak-anak saya yang sudah remaja, hingga mereka penasaran sekali saat akhirnya film itu diputar ulang. Kami sampai diskusi seru saat itu.
Anak-anak bersyukur tidak mengalami kejadian pahit itu. Ya, sejarah memang memberikan kita pengalaman tanpa perlu merasakan langsung. Kita tidak perlu ada dalam situasi mencekam itu tapi kita bisa membayangkan bagaimana perasaan pada saat peristiwa itu berlangsung.
Pengalaman-pengalaman itu akhirnya membuat kita memiliki pengetahuan baru akan hal-hal yang telah terjadi. Ketika itu salah, kita bisa menghindar dari pengulangan dan kita juga jadi tahu apa yang harus kita teruskan.
- Masa depan
Dari pengetahuan yang kita dapat mengenai hal-hal yang telah terjadi, kita jadi punya kemampuan untuk memprediksi yang mungkin terjadi ke depannya. Jika dulu kita berperang karena diadu domba, maka supaya tidak terjadi lagi di masa depan, maka kita harus cerdas menerima saran dan pendapat.
- Cerita
Mungkin kita harus mengubah pola pikir selama ini tentang sejarah. Sejarah bukanlah sebuah hafalan, melainkan sebuah cerita. Melalui belajar sejarah, kita jadi tahu asal mula terjadinya suatu hal, melihat perubahan zaman dan juga budaya dulu dan sekarang.
-Nilai-nilai
Satu hal yang kita dapat adalah sejarah sarat akan nilai-nilai. Melalui sejarah, kita jadi tahu bahwa persatuan, toleransi dalam perbedaan, nasionalisme dan nilai-nilai lainnya merupakan hal yang penting untuk ditanamkan pada diri sendiri.

Jangan lupa, Al-Quran juga berbicara tentang sejarah, itu artinya Allah menyuruh kita untuk mengetahui sejarah, mempelajari dan tidak melupakannya. Di dalam ayat-ayat Al-Quran diceritakan bagaimana kisah perjuangan para nabi-nabi Allah dalam menegakkan tauhis di muka bumi. Selain itu ada kisah hikmah yang didapat menjadi teladan hidup bagi seluruh umat manusia meskipun beliau bukan nabi dan rasul.
Kalau kita menyimak surat Quran Az-Zukruf: 55-56 Allah berfirman :
"Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu kami tenggelamkan, mereka semuanya (di laut), dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian."
Jelas ya, Allah menegaskan kalau sejarah jadi pelajaran bagi generasi mendatang. Dari kisah Al-Quran yang menceritakan kaum yang ingkar kepada Allah sampai dibinasakan, kita bisa mempelajari karakter kaum tersebut, bagaimana kebudayaannya, bagaimana kehidupan sosialnya, sebab-sebab bangsa tersebut dimusnahkan dan sebagainya. Sejarah juga bisa dijadikan evaluasi bagi masyarakat untuk memperbaiki dan tidak mengulangi kejelekan yang telah dilakukan oleh generasi masa lalu. Sejarah juga sebagai pembanding kehidupan masa lampau dengan masa kini.
Karena kita juga bagian dari sejarah, maka saya juga sering menceritakan masa kecil dan masa muda saya, ibu bahkan kakek neneknya pada anak-anak. Kalau ada hal baik bisa ditiru dan ditingkatkan, sebaliknya kalau ada salah-salah ya diperbaiki, bukan untuk ditiru atau mengulangi kesalahan yang sama.
#ODOPOKT1
Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Post Blogger Muslimah Indonesia.

8 komentar:

  1. Anak-anak saya juga senang sekali ketika diajak bercerita...dengan begitu akan lebih mudah mengenalkan sejarah kepada mereka ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak dengan suasana santai cerita yang kita sampaikan malah lebih berkesan.

      Hapus
  2. iya.. ini mengingatkan saya ketika ikut kuliah sejarah dulu di kampus...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya Teh, sejarah bukan saja mengenang sejarah itu sendiri tapi juga bisa mengenang sejarah kita sendiri hingga bisa mengenang masa lalu yaitu masa kuliah 😊😘

      Hapus
  3. Nilai-nilai
    Satu hal yang kita dapat adalah sejarah sarat akan nilai-nilai. Melalui sejarah, kita jadi tahu bahwa persatuan, toleransi dalam perbedaan, nasionalisme dan nilai-nilai lainnya merupakan hal yang penting untuk ditanamkan pada diri sendiri.

    ____

    Nilai nilai kebaikan banyak didapat jika kita belajar dari sejarah ya, mba. Seperti kisah-kisah para sahabat Rasulullaah banyak kisah sahabiyah yg juga bermanfaat bagi ibu-ibu kece seperti kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, kisah -kisah kecintaan para sahabat seringkali membuat hati kita bergetar dan cemburu ingin mengikuti jejak mereka.

      Hapus
  4. Kayaknya ini pertama saya mampir di blog ini. Terimakasih atas partisipasinya di program ODOP ya mbak Virgorini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Mbak Novia sudi mampir ke sini. Syukron ya Mbak😍

      Hapus